Bagaimana Teknologi Baru Baterai dengan Tembaga yang Lebih Efisien, Mampu Mendorong Permintaan Tembaga

Artikel
Bagaimana Teknologi Baru Baterai dengan Tembaga yang Lebih Efisien, Mampu Mendorong Permintaan Tembaga

9 Agustus 2023 – Industri kendaraan listrik (Electric Vehicle atau EV) saat ini meningkat secara signifikan, dengan lebih dari 10 juta mobil listrik terjual di seluruh dunia pada tahun 2022. Prediksi dari laporan Global EV Outlook 2023 yang dirilis oleh Badan Energi Internasional mengindikasikan adanya peningkatan hingga 35% pada tahun ini, menjadi 14 juta EV. Peningkatan ini didorong oleh emisi karbon yang terus meningkat, serta pemahaman konsumen akan biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan yang lebih hemat. Di balik revolusi lingkungan ini, sebuah elemen mineral mengemban peran yang krusial – yaitu tembaga.

Saat ini, tembaga telah menjadi bagian krusial dalam industri EV, sebagai penghubung banyak sel lithium-ion di dalam baterai. Namun, dengan hadirnya teknologi baterai padat (solid-state) yang revolusioner, lanskap ini berubah. Teknologi inovatif ini menjadikan bobot baterai lebih ringan dan terjangkau, tanpa mengorbankan performa dan daya tahan. Meskipun penggunaan tembaga berkurang, penerapan teknologi ini justru berpotensi akan meningkatkan permintaan tembaga dalam sektor EV secara keseluruhan.

Keunggulan teknologi baterai padat ini terletak pada kapasitas yang mampu meningkatkan jarak tempuh, sekaligus mempersingkat waktu pengisian daya. Seiring dengan berkembangnya teknologi ini, transisi dari kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik akan semakin terakselerasi, terutama di kalangan konsumen retail. Gelombang transisi ini akan menciptakan efek domino yang mempengaruhi rantai pasok otomotif dan infrastruktur pengisian daya.

Perlu diingat bahwa walau kadar tembaga di baterai menurun, logam ini tetap menjadi pilihan utama untuk komponen penting seperti kumparan motor dan konduktor ke stasiun pengisian daya. Seiring pesatnya pertumbuhan infrastruktur pengisian daya, baik di perkotaan maupun daerah, permintaan terhadap tembaga diproyeksikan akan meningkat.

AMMAN cukup beruntung berada di posisi strategis dalam memenuhi peningkatan permintaan tembaga. Menurut data Wood Mackenzie, Batu Hijau merupakan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, serta memiliki cadangan tembaga terbesar kelima di dunia, jika digabungkan dengan proyek eksplorasi Elang. Data cadangan bijih di tambang Batu Hijau dan proyek Elang hingga 31 Desember 2022 adalah 17,12 miliar pon tembaga dan 23,2 juta ons emas, sesuai dengan Kode JORC 2012 (Komite Cadangan Bijih Gabungan Australasia).

Melalui anak usahanya, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), saat ini AMMAN sedang melakukan penambangan fase 7 dan mengembangkan fase 8, yang diharapkan dapat memperpanjang umur tambang Batu Hijau hingga tahun 2030. Selanjutnya, AMMAN juga akan mengoperasikan penambangan di proyek eksplorasi Elang dari tahun 2031 hingga 2046.

Tidak dapat diabaikan bahwa tembaga memegang peran penting dalam mengakselerasi ekonomi yang berkelanjutan, dan AMMAN akan menjadi fondasi vital dalam proses transformasi ini. Di era transisi menuju era elektrifikasi, tembaga akan tetap menjadi elemen penting dalam perubahan berkelanjutan di sektor transportasi.

Berita Lainnya
  • AMMAN UMUMKAN RENCANA PROGRAM PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
    AMMAN UMUMKAN RENCANA PROGRAM PEMBELIAN KEMBALI SAHAM Telusuri
  • Membangun Masa Depan Tambang: Kisah Inovasi Teknologi AMMAN
    Membangun Masa Depan Tambang: Kisah Inovasi Teknologi AMMAN Telusuri
  • Teknologi Double Flash Smelting AMMAN: Mengoptimalkan Proses Pemurnian dengan Efisiensi Tinggi
    Teknologi Double Flash Smelting AMMAN: Mengoptimalkan Proses Pemurnian dengan Efisiensi Tinggi Telusuri